Sebuah Refleksi Pentingnya Keseimbangan Akal dan Akhlak dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan dalam Pemikiran RA. Kartini, Sabda Inspirasi |
Sabda Inspirasi - Peran
RA. Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu contoh
kontribusi wanita yang dicetak dengan tinta emas dalam sejarah. Pada masa itu,
kondisi pendidikan di tanah air sangat memprihatinkan, khususnya bagi kaum
wanita. Anak-anak di bawah umur 12 tahun masih diperbolehkan mengikuti
pelajaran di sekolah. Namun setelah di atas 12 tahun, mereka tidak
diperbolehkan lagi belajar di luar rumah.
Kartini mendobrak kondisi yang
memprihatinkan tersebut dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain itu, ia
juga mendirikan perpustakaan bagi anak-anak perempuan di sekitarnya. Usaha
Kartini ini didukung oleh sahabatnya, Rosa Abendanon, dan suaminya, Raden
Adipati Joyodiningrat. Pemikiran-pemikiran Kartini dalam memajukan dunia
pendidikan dapat kita baca dalam kumpulan suratnya : “Door Duisternis Tot
Licht”, yang terlanjur diartikan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Kartini telah banyak membawa
perubahan bagi kemajuan pendidikan kaum wanita di Indonesia. Kartini
mengajarkan bahwa seorang wanita harus mempunyai pemikiran jauh ke depan.
Kalau dulu beliau dapat memiliki sahabat pena dari berbagai kalangan yang
menambah ilmu dan wawasannya, tentulah sekarang dengan kemajuan yang ada,
haruskah disia-siakan?
Kalau kita teliti, jejak
perjuangan Kartini adalah perjuangan agar perempuan Indonesia bisa mendapatkan
pendidikan yang layak bukan perjuangan untuk emansipasi di segala bidang.
Kartini menyadari, perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan. Agar dapat
menjalankan perannya dengan baik, perempuan harus mendapat pendidikan yang baik
pula.
Membaca pemikiran perempuan
kelahiran Jepara itu ternyata tak sekadar berkutat pada persoalan perempuan,
tapi juga pendidikan bagi bangsanya. Di mata Kartini, pendidikan adalah hal
penting. Pendidikan akan kuasa mengangkat derajat dan martabat bangsa. Kartini
konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang mengasah budi pekerti.
Kartini pun mengatakan bahwa terhadap pendidikan itu janganlah hanya akal saja
yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi.
Mengenai pentingnya ketinggian
budi pekerti ini, Kartini berulang kali menegaskan dalam surat-suratnya. Dalam
tulisannya berjudul Berilah Orang Jawa Pendidikan! Pada 3 Januari 1903, Kartini
juga menegaskan pendidikan yang tak hanya mengutamakan kecerdasan otak,
melainkan yang sungguh-sungguh memperhatikan akhlak pula. Intinya, pendidikan
bagi Kartini tidak boleh mengabaikan penanaman budi pekerti. Dalam melakukan
pendidikan, sekolah diperlukan. Namun, sekolah bukan segala-galanya. Pendidikan
di sekolah harus dibarengi dengan pendidikan dalam keluarga.
loading...
Kata
Kartini, “Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi
juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan
mendidik itu harus berasal.” (Kartini dalam Berilah Orang Jawa
Pendidikan tertanggal Januari 1903).
Untuk para guru di sekolah,
Kartini mengharapkan guru tak mengajar semata, tapi juga harus menjadi
pendidik. Dalam notanya berjudul Berilah Orang Jawa Pendidikan!, Kartini dengan
tegas berkata, “... Guru-guru memiliki tugas rangkap: menjadi guru dan
pendidik! Mereka harus melaksanakan pendidikan rangkap itu, yaitu: pendidikan
pikiran dan budi pekerti.”
Perhatian Kartini soal pendidikan
di sekolah berjalan beriringan dengan perhatiannya terhadap pendidikan dalam
keluarga. Pada titik ini, Kartini menginginkan agar kaum perempuan memiliki
kemampuan prima dalam mendidik anak-anaknya. Bagi Kartini, mendidik perempuan
merupakan kunci peradaban. Perempuan yang menjadi ibu memiliki peran besar
dalam pendidikan anak-anak. Menurut Kartini, pemerintah berkewajiban
meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik perempuan, memberi pelajaran
perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan
cerdas.
Di mata Kartini, bahan bacaan
memiliki arti penting untuk mendidik anak-anak. Bahan bacaan adalah alat
pendidikan yang diharapkan banyak mendatangkan kebajikan. Bahan bacaan yang
disediakan di sekolah tak hanya buku pelajaran, tapi juga bahan bacaan lainnya
yang dapat mengasah akal dan hati. Bacaan-bacaan itu seyogianya ditulis dalam
bahasa populer, mudah dipahami, dan berisi. Anak-anak hendaknya diberi bacaan
yang mengasyikkan, bukan karangan-karangan kering yang semata-mata ilmiah.
Ditegaskan Kartini, bahan bacaan harus ada dasar mendidik. Memang bahan bacaan
bagi Kartini memiliki arti penting yang akan turut mendidik dengan
sebaik-baiknya.
Kartini juga mengajarkan untuk
menuntut ilmu tetapi tidak lupa untuk mengamalkan ilmu
tersebut. “Pergilah. Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk
hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di
bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang palsu tentang mana
yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah,
tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi” (Surat Kartini kepada Ny. Van
Kol, 21 Juli 1902).
Membaca pemikiran Kartini, kita
memang senantiasa mendapatkan pemikiran terkait perlunya pendidikan bagi
perempuan. Kartini memiliki dasar kuat mengenai pendidikan bagi perempuan
karena perempuan merupakan pendidik pertama anak-anak. Di tangan perempuan,
anak-anak akan tumbuh dan berkembang. Mendidik secara baik anak-anak berarti
juga membangun masyarakat-bangsa. Kemajuan perempuan merupakan faktor penting
peradaban bangsa.
Tak
sekadar pendidikan perempuan, Kartini juga berbicara tentang pendidikan pada
umumnya. Tanpa mengurangi sikap kritis terhadap Kartini, pemikiran pendidikan
Kartini sebagaimana diutarakan di atas relevan untuk tetap diperhatikan.
Pendidikan memang selalu penting bagi kemajuan bangsa. Sebagaimana dikatakan
Kartini, semoga pendidikan dapat membangun kesadaran anak-anak bangsa. Melalui
pendidikan, anak-anak memenuhi panggilan budi dalam masyarakat terhadap bangsa
yang akan mereka kemudikan.
0 komentar:
Post a Comment