Monday, September 18, 2017

Pendidikan dalam Pemikiran RA. Kartini

Sebuah Refleksi Pentingnya Keseimbangan Akal dan Akhlak dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan dalam Pemikiran RA. Kartini

Pendidikan dalam Pemikiran RA. Kartini, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Peran RA. Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu contoh kontribusi wanita yang dicetak dengan tinta emas dalam sejarah. Pada masa itu, kondisi pendidikan di tanah air sangat memprihatinkan, khususnya bagi kaum wanita. Anak-anak di bawah umur 12 tahun masih diperbolehkan mengikuti pelajaran di sekolah. Namun setelah di atas 12 tahun, mereka tidak diperbolehkan lagi belajar di luar rumah.

Kartini mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain itu, ia juga mendirikan perpustakaan bagi anak-anak perempuan di sekitarnya. Usaha Kartini ini didukung oleh sahabatnya, Rosa Abendanon, dan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat. Pemikiran-pemikiran Kartini dalam memajukan dunia pendidikan dapat kita baca dalam kumpulan suratnya : “Door Duisternis Tot Licht”, yang terlanjur diartikan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Kartini telah banyak membawa perubahan bagi kemajuan pendidikan kaum wanita di Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus mempunyai pemikiran jauh ke depan.  Kalau dulu beliau dapat memiliki sahabat pena dari berbagai kalangan yang menambah ilmu dan wawasannya, tentulah sekarang dengan kemajuan yang ada, haruskah disia-siakan?

Kalau kita teliti, jejak perjuangan Kartini adalah perjuangan agar perempuan Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak bukan perjuangan untuk emansipasi di segala bidang. Kartini menyadari, perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, perempuan harus mendapat pendidikan yang baik pula.

Membaca pemikiran perempuan kelahiran Jepara itu ternyata tak sekadar berkutat pada persoalan perempuan, tapi juga pendidikan bagi bangsanya. Di mata Kartini, pendidikan adalah hal penting. Pendidikan akan kuasa mengangkat derajat dan martabat bangsa. Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang mengasah budi pekerti. Kartini pun mengatakan bahwa terhadap pendidikan itu janganlah hanya akal saja yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi.

Mengenai pentingnya ketinggian budi pekerti ini, Kartini berulang kali menegaskan dalam surat-suratnya. Dalam tulisannya berjudul Berilah Orang Jawa Pendidikan! Pada 3 Januari 1903, Kartini juga menegaskan pendidikan yang tak hanya mengutamakan kecerdasan otak, melainkan yang sungguh-sungguh memperhatikan akhlak pula. Intinya, pendidikan bagi Kartini tidak boleh mengabaikan penanaman budi pekerti. Dalam melakukan pendidikan, sekolah diperlukan. Namun, sekolah bukan segala-galanya. Pendidikan di sekolah harus dibarengi dengan pendidikan dalam keluarga.

loading...

Kata Kartini, “Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal.” (Kartini dalam Berilah Orang Jawa Pendidikan tertanggal Januari 1903).

Untuk para guru di sekolah, Kartini mengharapkan guru tak mengajar semata, tapi juga harus menjadi pendidik. Dalam notanya berjudul Berilah Orang Jawa Pendidikan!, Kartini dengan tegas berkata, “... Guru-guru memiliki tugas rangkap: menjadi guru dan pendidik! Mereka harus melaksanakan pendidikan rangkap itu, yaitu: pendidikan pikiran dan budi pekerti.”

Perhatian Kartini soal pendidikan di sekolah berjalan beriringan dengan perhatiannya terhadap pendidikan dalam keluarga. Pada titik ini, Kartini menginginkan agar kaum perempuan memiliki kemampuan prima dalam mendidik anak-anaknya. Bagi Kartini, mendidik perempuan merupakan kunci peradaban. Perempuan yang menjadi ibu memiliki peran besar dalam pendidikan anak-anak. Menurut Kartini, pemerintah berkewajiban meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan cerdas.

Di mata Kartini, bahan bacaan memiliki arti penting untuk mendidik anak-anak. Bahan bacaan adalah alat pendidikan yang diharapkan banyak mendatangkan kebajikan. Bahan bacaan yang disediakan di sekolah tak hanya buku pelajaran, tapi juga bahan bacaan lainnya yang dapat mengasah akal dan hati. Bacaan-bacaan itu seyogianya ditulis dalam bahasa populer, mudah dipahami, dan berisi. Anak-anak hendaknya diberi bacaan yang mengasyikkan, bukan karangan-karangan kering yang semata-mata ilmiah. Ditegaskan Kartini, bahan bacaan harus ada dasar mendidik. Memang bahan bacaan bagi Kartini memiliki arti penting yang akan turut mendidik dengan sebaik-baiknya.

Kartini juga mengajarkan untuk menuntut ilmu tetapi tidak lupa untuk mengamalkan ilmu tersebut. “Pergilah. Laksanakan  cita-citamu. Kerjalah  untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang  palsu tentang  mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902).

Membaca pemikiran Kartini, kita memang senantiasa mendapatkan pemikiran terkait perlunya pendidikan bagi perempuan. Kartini memiliki dasar kuat mengenai pendidikan bagi perempuan karena perempuan merupakan pendidik pertama anak-anak. Di tangan perempuan, anak-anak akan tumbuh dan berkembang. Mendidik secara baik anak-anak berarti juga membangun masyarakat-bangsa. Kemajuan perempuan merupakan faktor penting peradaban bangsa.

Tak sekadar pendidikan perempuan, Kartini juga berbicara tentang pendidikan pada umumnya. Tanpa mengurangi sikap kritis terhadap Kartini, pemikiran pendidikan Kartini sebagaimana diutarakan di atas relevan untuk tetap diperhatikan. Pendidikan memang selalu penting bagi kemajuan bangsa. Sebagaimana dikatakan Kartini, semoga pendidikan dapat membangun kesadaran anak-anak bangsa. Melalui pendidikan, anak-anak memenuhi panggilan budi dalam masyarakat terhadap bangsa yang akan mereka kemudikan.

0 komentar:

Post a Comment