Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pesantren Rakyat |
Sabda Inspirasi - Kita semua sebenarnya
seorang pahlawan. Ahli berderma namanya dermawan. Tukang warta disebut
wartawan. Orang yang memiliki uang berjuta-juta dipanggil jutawan. Orang yang hobi
sastra terkenal sastrawan. Orang pegiat budaya menjadi budayawan, bangsawan,
negarawan dan seterusnya. Lha kalau orang yang suka mencari pahala namanya adalah
“pahala-wan”. Kemudian dari pada
kepanjangan pahalawan menjadi popular pahlawan.
Pahlawan dari pahala-wan
ini sebenarnya sesuai dengan Perpres RI Nomor 33 tahun 1964. (1) Pahlawan
adalah warga Negara Republik Indonesia yang gugur atau tewas atau meninggal
dunia akibat tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai jasa
perjuangan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela negara dan bangsa. (2)
Warga Negara Republik Indonesia yang masih diridloi dalam keadaan hidup sesudah
melakukan tindak kepahlawananya yang cukup membuktikan jasa pengorbanan dalam
suatu tugas perjuangan untuk membela negara dan bangsa dan dalam riwayat hidup
selanjutnya tidak ternoda oleh suatu tindak atau perbuatan yang menyebabkan
menjadi cacat nilai perjuangan karenanya.
Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Markisa"
loading...
Bahasa pahlawan aslinya
berasal dari bahasa sansekerta “phala”
yang bermakna hasil atau buah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanianya dan pengorbananya dalam
membela kebenaran ataupun pejuang yang gagah berani.
Sambil menyeruput
kopi hitam yang NASGITEL (panas legi dan kentel), di warung kopinya Mbak Siami
dalam Jagong Maton ini, kita tertarik dengan asal kata pahlawan yang dari “pahala”
di tambah “wan”, karena sesunggungguhnya para pejuang-pejuang negara atau agama
pada hakikatnya memang orang-orang yang tulus ikhlas rela berkorban jiwa dan
raga hanya semata-mata minta bayaran dari Allah saja yaitu berupa pahala. Dari sebuah
pengorbanan dan perjuangan yang pahit itu kemudian munculah sebuah kemakmuran,
keadilan serta kemerdekaan.
Ketika keadilan,
kemakmuran dan kemerdekaan sudah tercapai, otomatis generasi selanjutnya tanpa
susah payah keluar darah, tanpa pengasingan, tanpa mengalami penindasan, sudah
bisa menikmati buah perjuangan para pahlawan sebelumnya, bahkan bisa sekolah,
mondok, ngaji, shodaqoh, bisnis, umroh, haji, jadi pegawai apa saja yang
sebenarnya itu adalah bernilai ibadah dan dapat pahala.
Baca: Berkunjung ke Pesantren Rakyat Al-Amin, Camat Sumberpucung Ajak Tim Penilai Kecamatan Award Kabupaten Malang
Sedangkan yang
menyebabkan semua orang bisa beraktifitas normal seperti di atas adalah karena
ada pejuang yang siap mengorbankan jiwa raganya untuk masa depan bangsa dan negara.
Oleh karenanya para pejuang tersebut akan selalu mendapat pahala yang terus
mengalir. Selain itu, para pejuang tersebut bagus jika kita sepakati sebagai
ahli pahala dan kemudian disebut “pahala-wan” dan lebih singkat disebut pahlawan.
Hehe
Jika sudah kita sepakati bahwa pahlawan berasal dari kata “pahala-wan” maka sebenarnya sampai hari ini kita tetap memiliki banyak kesempatan untuk menjadi pahlawan di lingkup kita masing-masing. Misalnya, kita ikut membangun jembatan, ikut membangun gedung olahraga, membangun gereja, mushola dan masjid, sekolahan, pondok pesantren, panti asuhan anak yatim, panti jompo, membangun rumah orang miskin, mengasuh anak terlantar, menolong tetangga, mengormati pemimpin, bekerja di kantor, PNS, tentara, polisi, buruh pabrik, petani, ini sebenarnya sumber-sumber pahala. Jika kita niati ibadah demi masa depan anak, masa depan bangsa dan negara agar lebih baik maka dengan menyambut hari pahlawan ini mari kita semua menjadikan diri kita ahli pahala, sehingga kita dianggap oleh generasi berikutnya sebagai Pahala-Wan atau Pahlawan walau dalam sekup keluarga atau kampung. Insyaallah segala aktifitas kita, jika diniati karena Allah semua bernilai ibadah dan akan berpahala dan bisa mengantarkan kita masuk surganya Allah SWT. Alfatihah.
0 komentar:
Post a Comment