Wednesday, November 8, 2017

Ngaji ala Jagong Maton: "Pahala-Wan"

Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pesantren Rakyat
Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,
Pesantren Rakyat
Sabda Inspirasi - Kita semua sebenarnya seorang pahlawan. Ahli berderma namanya dermawan. Tukang warta disebut wartawan. Orang yang memiliki uang berjuta-juta dipanggil jutawan. Orang yang hobi sastra terkenal sastrawan. Orang pegiat budaya menjadi budayawan, bangsawan, negarawan dan seterusnya. Lha kalau orang yang suka mencari pahala namanya adalah “pahala-wan”. Kemudian dari pada kepanjangan pahalawan menjadi popular pahlawan.

Pahlawan dari pahala-wan ini sebenarnya sesuai dengan Perpres RI Nomor 33 tahun 1964. (1) Pahlawan adalah warga Negara Republik Indonesia yang gugur atau tewas atau meninggal dunia akibat tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai jasa perjuangan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela negara dan bangsa. (2) Warga Negara Republik Indonesia yang masih diridloi dalam keadaan hidup sesudah melakukan tindak kepahlawananya yang cukup membuktikan jasa pengorbanan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela negara dan bangsa dan dalam riwayat hidup selanjutnya tidak ternoda oleh suatu tindak atau perbuatan yang menyebabkan menjadi cacat nilai perjuangan karenanya.


Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Markisa"

loading...

Bahasa pahlawan aslinya berasal dari bahasa sansekerta “phala” yang bermakna hasil atau buah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanianya dan pengorbananya dalam membela kebenaran ataupun pejuang yang gagah berani.

Sambil menyeruput kopi hitam yang NASGITEL (panas legi dan kentel), di warung kopinya Mbak Siami dalam Jagong Maton ini, kita tertarik dengan asal kata pahlawan yang dari “pahala” di tambah “wan”, karena sesunggungguhnya para pejuang-pejuang negara atau agama pada hakikatnya memang orang-orang yang tulus ikhlas rela berkorban jiwa dan raga hanya semata-mata minta bayaran dari Allah saja yaitu berupa pahala. Dari sebuah pengorbanan dan perjuangan yang pahit itu kemudian munculah sebuah kemakmuran, keadilan serta kemerdekaan.

Ketika keadilan, kemakmuran dan kemerdekaan sudah tercapai, otomatis generasi selanjutnya tanpa susah payah keluar darah, tanpa pengasingan, tanpa mengalami penindasan, sudah bisa menikmati buah perjuangan para pahlawan sebelumnya, bahkan bisa sekolah, mondok, ngaji, shodaqoh, bisnis, umroh, haji, jadi pegawai apa saja yang sebenarnya itu adalah bernilai ibadah dan dapat pahala.

Baca: Berkunjung ke Pesantren Rakyat Al-Amin, Camat Sumberpucung Ajak Tim Penilai Kecamatan Award Kabupaten Malang


Sedangkan yang menyebabkan semua orang bisa beraktifitas normal seperti di atas adalah karena ada pejuang yang siap mengorbankan jiwa raganya untuk masa depan bangsa dan negara. Oleh karenanya para pejuang tersebut akan selalu mendapat pahala yang terus mengalir. Selain itu, para pejuang tersebut bagus jika kita sepakati sebagai ahli pahala dan kemudian disebut “pahala-wan” dan lebih singkat disebut pahlawan. Hehe

Jika sudah kita sepakati bahwa pahlawan berasal dari kata “pahala-wan” maka sebenarnya sampai hari ini kita tetap memiliki banyak kesempatan untuk menjadi pahlawan di lingkup kita masing-masing. Misalnya, kita ikut membangun jembatan, ikut membangun gedung olahraga, membangun gereja, mushola dan masjid, sekolahan, pondok pesantren, panti asuhan anak yatim, panti jompo, membangun rumah orang miskin, mengasuh anak terlantar, menolong tetangga, mengormati pemimpin, bekerja di kantor, PNS, tentara, polisi, buruh pabrik, petani, ini sebenarnya sumber-sumber pahala. Jika kita niati ibadah demi masa depan anak, masa depan bangsa dan negara agar lebih baik maka dengan menyambut hari pahlawan ini mari kita semua menjadikan diri kita ahli pahala, sehingga kita dianggap oleh generasi berikutnya sebagai Pahala-Wan atau Pahlawan walau dalam sekup keluarga atau kampung. Insyaallah segala aktifitas kita, jika diniati karena Allah semua bernilai ibadah dan akan berpahala dan bisa mengantarkan kita masuk surganya Allah SWT. Alfatihah.

0 komentar:

Post a Comment