Monday, April 16, 2018

Meretas Skat Masyarakat serta Menggagas Pemberdayaan melalui Jagong Maton di Bumi Pasir Tirtomoyo Ampelgading Malang

Kepala Desa Tirtomoyo Ampelgading Jagong Maton bersama Masyarakat

Kepala Desa Tirtomoyo Ampelgading Jagong Maton bersama Masyarakat

Sabda Inspirasi - Diskusi pemberdayaan tak harus selalu berawal dari forum-forum formal. Inilah yang berhasil di potret oleh Redaksi Sabda Inspirasi saat melihat aktifitas masyarakat Desa Tirtomoyo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Minggu (15/04/2018). Disana, pemberdayaan masyarakat berangkat dari musyawarah kultural atau sering diistilahkan dengan 'Jagong Maton'.

Dikesempatan malam itu, disebuah gubuk kecil ada sebanyak 18 orang dari berbagai unsur sedang melakukan aktifitas jagong maton membahas pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ada tokoh agama, kesenian, pemuda, intelektual, santri, komunitas trail hingga kepala desa duduk bersama membahas berbagai program peningkatan ekonomi. Jagong maton adalah sarana meretas skat di masyarakat untuk duduk bersama membahas sesuatu yang maton atau pasti. Lebih lagi, malam itu terasa spesial karena kehadiran Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin dan Kepala LPPM Universitas Raden Rahmat Malang (Unira), Dr. Aan Fardani Ubaidillah.



Baca: Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang Hadiri Acara Puncak Rajabiyah PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung, Siapa Dia?




Alur diskusi yang mencair, menjadikan setiap orang tidak ragu untuk menyampaikan gagasannya. Banyak hal dihasilkan dari obrolan pasti tersebut, misalnya, program yang Kepala Desa Tirtomoyo, Sugeng Rahayu untuk pemberdayaan pemuda.

Sugeng Rahayu ingin pemuda Karang Taruna di desanya kembali aktif melakukan kegiatan. Menurutnya, dengan adanya dana desa saat ini, pemuda memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi besar dari para pemuda desa.

Sementara itu, Kyai Abdullah SAM merespon positif apa yang diinginkan oleh Sugeng. Peraih juara pemberdayaan nasional itu menjelaskan betapa banyaknya yang bisa dilakukan oleh masyarakat berkenaan dengan pemberdayaan.


Dengan potensi yang ada di Desa Tirtomoyo, Abdullah menyarankan masyarakat berangkat dari hal-hal sederhana. Ia mengumpakan dengan menanam bayam. "Apa tidak bisa misalnya setiap orang untuk meminimalisir pengeluaran dengan menanam berbagai tumbuhan yang bisa dikonsumsi untuk keluarga tanpa harus membelinya di pasar", jelasnya.

Sinergitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah desa disini dapat menjadi jalan munculnya program-program yang dapat diserap oleh khalayak luas. Lebih jauh lagi, pakar pemberdayaan itu memberikan masukan untuk segera menghidupkan Karang Taruna atau membuat Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.

Baca: Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Staf IT dan Media

Masyarakat Tirtomoyo Lintas Generasi Duduk bersama Gagas Pemberdayaan

Lanjutnya, berangkat dari sana, pemerintah desa dapat bekerjasama dengan masyarakat membentuk sebuah usaha bersama yang nantinya bisa juga terwadahi dalam Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). "Dengan itu, akhirnya antara masyarakat dengan pemerintah desa dapat saling mengambil manfaat", saran Abdullah.

Tak menunggu lama usulan serta masukan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Kepala Desa Tirtomoyo yang mengikuti Jagong Maton hingga dini hari itu. Untuk menambah inspirasi, ia akan mengajak para pemuda Karang Taruna untuk melakukan studi banding ke beberapa tempat, salah satunya di Kecamatan Sumberpucung, yang tahun lalu menjadi Juara Pemberdayaan kabupaten Malang.

Diselingi suara guntur, 'jagongan' di bumi pasir itu semakin hangat. Menjelang pagi hari, pembahasan bergeser ke tema keagamaan. Akhirnya, masyarakat tak hanya matang secara akal tetapi juga tak akan kering spiritualnya.

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Sunday, April 15, 2018

Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang Hadiri Acara Puncak Rajabiyah PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung, Siapa Dia?

Emil Elistiano Dardak, Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang

Emil Elistiano Dardak, Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang

Sabda Inspirasi - Pekan Rajabiyah dan Takhosus Tarbiyatul Qur'an yang diselenggarakan Pondok Pesantren Barokatul Qur'an, Sumberpucung, Kabupaten Malang semakin meriah dengan kedatangan salah satu Inisiator PCI NU Jepang, Emil Elistiano Dardak di acara puncak, Minggu (15/04/2018). Kehadiran pria yang karib disapa Kang Emil itu disambut hangat oleh para jamaah dan tokoh masyarakat.

Dalam sambutan yang diberikan, Emil Dardak menyampaikan rasa hormatnya karena dapat menyambung tali silaturahim dengan warga masyarakat Desa Sumberpucung. "Saya senang sekali dapat bersilaturahim disini", sambutnya.

Baca: Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Tim IT dan Media




Selain itu, peraih gelar doktor termuda di Jepang itu mengatakan bahwa dengan silaturahim perbedaan dapat di masyarakat dapat diselesaikan. "Silaturahim itu dapat meretas perbedaan pendapat", tuturnya.

Dirinya menyampaikan pengalamannya membangun masyarakat saat menjadi Bupati Trenggalek. Menurutnya, masyarakat di era informasi seperti sekarang ini memiliki tantangan yang semakin besar. "Oleh karena itu, membangun masyarakat yang bisa menghargai perbedaan pendapat itu penting", jelasnya.


Emil Elistiano Dardak bersama Para Kyai dan Jamaah Rajabiyah

Emil Dardak bersama Para Kyai dan Jamaah Rajabiyah

"Freedom expression di era informasi, itulah yang harus dipahami secara bersama", tambah suami dari Arumi Bachsin itu.

Arus informasi hari ini begitu cepat. Tokoh muda yang pernah menjadi Ketua PCI NU Jepang itu mengajak masyarakat dan jamaah yang hadir untuk bersama-sama menjadi benteng informasi dengan marak beredarnya berita-berita hoax. "Ini adalah tantangan bersama dan saya yakin itu bisa diatasi", lanjutnya.

Baca: Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Nikmat Dirasa

Emil Dardak (tengah) bersama Dewan Pengasuh PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung

Emil Dardak (tengah) bersama Dewan Pengasuh PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung

"Benteng informasi adalah kebersamaan masyarakat", himbau pria yang saat ini mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur itu.

Dengan didampingi oleh para kyai dan tokoh masyarakat setempat, Emil Dardak mengikuti kegiatan hingga usai. Ia turut mendengarkan ceramah yang dibawakan oleh KH. Dr. Soni Fauzi. 

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Wednesday, April 11, 2018

Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Staf IT dan Media

Founder Sabda Inspirasi Bersama Camat Sumberpucung

Founder Sabda Inspirasi Bersama Camat Sumberpucung

Sabda Inspirasi - Guna menghadapi arus perkembangan teknologi dan informasi yang begitu masif, Pemerintah Kecamatan Sumberpucung tingkatkan komitmen pengelolaan IT dan Media Publikasi. Hal itu tergambar dari diskusi singkat Camat Sumberpucung, Moch. Sholeh dengan Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin, Kyai Abdullah SAM dan Founder Sabda Inspirasi Media, Chandra di Kantor Camat, Rabu (11/4/2018).

Diskusi hangat tersebut membahas banyak hal tentang peningkatan pengelolaan media dan sebagai sarana publikasi kegiatan-kegiatan. Moch. Sholeh menyatakan pentingnya publikasi sehingga pemerintah tingkat kabupaten, provinsi hingga pusat mengetahui apa saja yang telah kita perbuat. "Bagaimana kita bisa dikenal kalau publikasi ini tidak berjalan dengan baik", katanya.

Baca: Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Pesantren Rakyat Menjadi Program Unggulan Desa Sumberpucung




Sumberpucung memiliki banyak potensi-potensi yang belum diketahui oleh khalayak luas. "Saya ingin bagaimana potensi-potensi itu bisa dikenal dan diketahui", pinta Sholeh.

Untuk itu dalam pertemuan singkat itu, Camat Sumberpucung sepakat untuk mengangkat Founder Sabda Inspirasi Media, Chandra sebagai staf di bidang IT dan Media Kecamatan Sumberpucung. Moch. Sholeh berharap dengan adanya staf IT dan Media, publikasi di Sumberpucung bisa meningkat.

"Saya ingin publikasi ini digenjot karena dengan hal itu kita bisa mengenalkan apa saja yang ada disini kepada dunia, utamanya potensi-potensi 7 desa di Kecamatan Sumberpucung", harap Camat Sumberpucung.

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Tuesday, April 10, 2018

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Pesantren Rakyat Menjadi Program Unggulan Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Sabda Inspirasi - Perlombaan Desa dan Kelurahan tahun 2018 Kabupaten Malang berlangsung di Gedung Anusopati Kota Malang, Selasa (10/04/2018). Kegiatan ini diikuti oleh seluruh desa yang ada di Kabupaten Malang. Dalam pemaparan, setiap desa beradu program-program dan perkembangan desanya masing-masing untuk mendapatkan predikat desa terbaik.

Menariknya, dalam tiap presentasi perwakilan desa memiliki cara tersendiri. Hal itu tercermin salah satunya presentasi yang dibawakan oleh Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang.


Baca: Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa


Desa yang dikepalai oleh Hartini itu membawakan program unggulan Pesantren Rakyat yang diasuh oleh Kyai Rakyat, Kyai Abdullah SAM.  Diikuti oleh semua perangkat seperti tim penggerak PKK, Ibu Camat, dan Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin, Desa Sumberpucung memberikan presentasi secara atraktif dan inovatif. 

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Telah diketahui secara luas bahwa, Sumberpucung adalah salah satu desa yang heterogen dalam berbagai hal. Heterogenitas itu tergambar dari potensi perikanan, pertanian, perkebunan dan seni budaya. Pesantren Rakyat Al-Amin menjadi ujung tombak pelaksanaan program-program yang telah direncanakan bersama.

Dijadikannya Pesantren Rakyat Al-Amin sebagai program unggulan bukan tanpa alasan. Hal itu mengingat prestasi yang telah dihasilkan oleh pesantren yang berdiri sejak 2008 itu. Saat ini, Pesantren Rakyat telah menjadi rujukan pemberdayaan nasional. Kyai Abdullah SAM membenarkan hal tersebut.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"




"Pesantren Rakyat saat ini menjadi rujukan baik urusan seni, budaya, perekonomian, sosial, pemberdayaan, pendidikan murah, pengelolaan masjid dan musholla", jelas Abdullah.

"Informasi selebihnya bisa diakses melalui website kami di www.pesantrenrakyat.com", imbuhnya.

Dengan penyampaian yang telah dilakukan. para juri tampak antusias dengan Desa Sumberpucung. Setengah dari dewan juri ikut seperti dari Dinas Sosial dan Kesbanpol Kabupaten Malang iktu bergoyang bersama saat menyanyikan yel-yel.

Penulis: Chandra Djoego
Publisher: Chandra Djoego

Sunday, April 8, 2018

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Sabda Inspirasi - Berbicara mengenai penyakit, manusia cenderung menganggapnya sebuah keadaan yang tidak diinginkan dan sangat tidak membuat nyaman. Penyakit sangat identik dengan membuat penyandangnya menderita dan penuh dengan rasa siksa. Semakin parah..? semakin tersiksa juga.

Namun, ada satu jenis penyakit yang berbeda dengan yang lain. Ia seakan menyerang penderitanya secara gerilya, pelan-pelan tanpa siksa, tapi berdampak sangat buruk dan begitu berbahaya. Penyakit ini seakan-akan tak ada bahaya, bahkan justru membuat penderitanya terlena dengan kenikmatan yang fana.

Ya..! itulah Penyakit Hati.

Bukan sekedar sakit hati karena putus asmara, atau mantan yang sudah berkeluarga. Bukan sekedar sakit karena utang yang melanda, atau barang yang hilang entah kemana. Bukan sekedar sakit jiwa yang menggila, atau pengamen yang meminta secara paksa. Bahkan bukan sekedar sakit fisik yang jelas menyiksa, bahkan hingga bisa merenggut nyawa.

Baca: Gelisah Minat Baca Mahasiswa Menurun, Dua Mahasiswa Unikama Gagas Taman Baca Kampus


Penyakit hati cenderung membuat terlena penderitanya. Penderita yang mengidap penyakit hati yang semakin parah, malah bisa semakin merasa nikmat yang dirasa betah. Riya' dan sum'ah adalah dua penyakit hati yang sering melanda manusia, terutama kaum awam seperti saya.

Sederhananya, riya' adalah keadaan dimana kita merasa bahagia/bangga jika suatu amal yang kita lakukan dilihat orang. Kita melakukan ibadah dan amal baik, kemudian dilihat orang, kita merasa bangga dan berusaha menambah-nambahi amal tersebut karena berharap semakin dilihat oleh orang lain. Jika penyakit riya' menjangkiti hati, ketika semakin parah, penderita tidak merasa tersakiti bahkan cenderung 'ketagihan' dan nyaman dengan penyakit itu.

Sedangkan sum'ah adalah sama dengan riya' tetapi apa yang kita lakukan suka didengar orang. Yang kedua ini sama bahayanya dengan riya', sama-sama seakan gerilnya dalam hati kita. Kita melakukan suatu amal, lalu senang ketika didengar orang. Kita semakin bersemangat dan menambah-nambahi amal yang kita lakukan agar semakin didengar orang. Sama seperti riya', semakin parah semakin nikmat dirasa.

Kedua penyakit hati diatas adalah sebagian kecil dari banyak penyakit hati yang bisa menjangkiti, dan olehnya amal kebaikan akan ternodai.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"


Namun, bukan berarti kita berhenti untuk melakukan amal baik walau masih ada benih-benih penyakit hati itu. Yang harus kita lakukan adalah berusaha menghilangkan penyakit itu, bukan menghentikan amal baiknya. Walau memang susah, memang berat, pelan-pelan saja. Sambil memperbaiki amal yang kita lakukan, juga berusaha menghilangkan parasit-parasit amal yang bisa mengikis pahala. Jika kita berusaha, insyaAllah hati kita akan semakin terjaga. Terjaga dari berbagai penyakit hati dan parasit pahala amal yang menjangkiti.

Penulis sedang menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.



Penulis: M. Syauqi Hanif Ardani
Publisher: Chandra Djoego

Friday, April 6, 2018

Gelisah Minat Baca Mahasiswa Menurun, Dua Mahasiswa Unikama Gagas Taman Baca Kampus

Taman Baca Unikama

Taman Baca Unikama, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi – Sekilas tampak aktifitas rutin mahasiswa berjalan seperti biasa di Kampus Orange, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama). Namun, ada potret baru di salah satu sudut Kampus Multikultural itu. Tepat di salah satu tempat hotspot di depan Gedung Rektorat terdapat sebuah stan berisi tumpukan buku-buku yang tertata rapi. Saat dilihat dari dekat oleh tim redaksi, tempat tersebut adalah sebuah Taman Baca Unikama, begitu mereka menyebutnya, Selasa (24/03/2018).


Usut punya usut, Taman Baca Unikama (TBC) ini dicetuskan oleh dua mahasiswa Unikama yakni Dedi Hermawan dari Fakultas Peternakan dan Nanang Aditya Nugroho dari Fakultas Sains dan Teknologi. Munculnya gagasan mendirikan TBC itu berangkat dari turunnya minat baca mahasiswa saat ini.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"


"TBC diadakan tidak hanya untuk meningkatkan minat baca mahasiswa itu sendiri. Akan tetapi, saya berusaha untuk memperluas kebiasaan yang awalnya mereka terbiasa dengan berkumpul/berdiskusi pada malam hari dengan istilah 'ngopi' agar mereka juga terbiasa berkumpul pada siang/sore hari seperti sekarang di taman baca ini”, jelas Dedi.

“Taman baca mahasiswa ini tidak hanya diperuntukkan untuk satu komunitas atau golongan tetapi untuk seluruh warga kampus unikama”, imbuhnya.

TBC sekaligus mengajak mahasiswa untuk dapat berinteraksi dengan nyaman, layaknya anak sedang bermain di suatu taman. Membaca buku adalah salah satu cara meningkatkan wawasan pemahaman. Dalam kegiatan ini berbagai jenis buku tersedia meskipun dengan jumlah buku yang masih terbilang minim, mulai dari buku mata kuliah, novel hingga buku-buku pemikiran atau filsafat. 

Menurut informasi yang berhasil dihimpun oleh tim redaksi, taman baca ini diadakan setiap hari Selasa dimulai pukul 14:00 hingga 18:00. “Kegiatan perdana telah dimulai pada Selasa 13 Maret 2018”, ujar Riski Putra, Koordinatot Taman Baca Unikama.

Baca: Bijak Bermedia, PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA Gelar "Jagongan" Jurnalistik


Salah satu pengunjung TBC, Lexi mengatakan kegiatan disini bukan hanya membaca saja. “Kita di sini juga dapat bercanda dan berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa lintas fakultas”, tutur mahasiswa Fakultas FEB. 

Tidak hanya mahasiswa, tetapi para dosen juga antusias untuk sekedar nimbrung membaca dan diskusi bersama disana.

Dengan diadakannya taman baca ini diharapkan membangkitkan dan meningkatkan minat baca mahasiswa sehingga terciptanya mahasiswa yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga diharapkan menjadi wadah kegiatan diskusi mahasiswa.

Penulis: Ainun
Publisher: Chandra Djoego

Tuesday, April 3, 2018

Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"

Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pesantren Rakyat
Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,
Pesantren Rakyat
Sabda Inspirasi - Jadi manusia neriman (menerima apa adanya) dan syukur memang sulit, kebanyakan manusia adalah ngongso-ngongso atau ambisius dalam mengejar sesuatu yang tidak pasti. Berapa banyak orang jatuh kemudian tertimpa tangga hanya disebabkan karena mereka melakukan kejar-kejaran terhadap sesuatu yang semestinya tidak perlu dan kufur.

Misalnya saja waktu menjadi pengangguran bingung mencari pekerjaan, namun setelah mendapatkan gaji tetap malah tidak bersyukur, masih saja hatinya dikuasai sifat tomak dan serakah. Kemudian gaya hidupnya berubah total, mestinya andaikata beli mobil ya mobil biasa, tetapi karena gengsi akhirnya membeli mobil yang bagus dan rumahnya juga menyamai rumahnya pengusaha.

Akhirnya karena gajinya sudah habis, sedangkan kebutuhan operasional untuk memenuhi gaya hidupnya semakin tinggi, maka mulai ikut-ikutan judi togel, kemudian menjerumuskan dirinya ke rentenir, karena di bank konvensional sudah tidak bisa.

Baca: Tingkatkan Kapasitas Pendidik, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri


Tiba saatnya anak masuk sekolah lanjutan dan yang lainnya mulai beranjak kuliah, kebetulan pasangan hidup serta anak-anaknya sudah mengikuti cara hidup orang tuanya maka keluarga itu semakin keropos dalam ekonomi. Semakin uzur tidak semakin aman dan nyaman, justru malah sering dag dig dug dengan keadaan hidupnya sendiri.

Untuk itu kita sebagai makhluq spiritual perlu kiranya selalu mendekat pada tokoh-tokoh agama untuk mengerem nafsu-nafsu kita agar tidak menguasai diri kita. Perlu diketahui tugas nafsu adalah menipu manusia agar jatuh di kemudian hari, caranya adalah melalui janji-janji manis yang menggiurkan, yang pada intinya adalah jebakan.

Teringat pujian-pujian di mushola-mushola desa dengan judul tombo ati iku limang perkoro, di urutan nomor tiga dalam pujian tersebut adalah kumpulono uwong kang sholeh. Tombo ati yang nomor tiga ini memang paling mudah, murah dan gampang, cukup kita srawung, ketemu, kumpul, silaturahim barangkali sesaat saja insya Allah hati menjadi sejuk, karena akan dapat pencerahan-pencerahan dari Al-Qur’an dan hadits atau mungkin cerita-cerita orang soleh yang menyejukkan. Menjadikan hati ini tenteram dan tidak ngongso-ngongso.

Baca: Tasawwuf Institute, Ruang Inspirasi Pembelajar Sufi dan Filsafat Melalui Diskusi Warung Kopi


Ketika rasa syukur sudah ada pada dada kita, Allah berjanji akan melipat gandakan segala nikmat yang telah di berikan, dan jika kufur atau tidak syukur maka Allah berjanji akan menyiksa dengan siksa yang amat pedih. Mestinya di usia pensiun sudah damai, malah justru dipenuhi derita hutang, badan tidak sehat, keluarga tidak barokah dan sebagainya. Untuk itu mumpung belum terlanjur perlu kita kembali kepada jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Amin.

Oleh: Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,Pesantren Rakyat

Saturday, March 31, 2018

Tasawwuf Institute, Ruang Inspirasi Pembelajar Sufi dan Filsafat Melalui Diskusi Warung Kopi

Tasawwuf Institute, Ruang Inspirasi Pembelajar Sufi dan Filsafat Melalui Diskusi Warung Kopi

Diskusi Tassawuf Institute, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Ditengah hiruk piruk ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan dinamis, manusia perlu asupan informasi untuk memperkaya khazanah keilmuannya sebagai upaya perwujudan insan ulul albab. Tasawwuf Institute merupakan forum kajian ilmiah yang memberikan kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan secara mandiri, hangat, aktual dan responsif. 



Berawal dari perkumpulan mahasiswa di warung kopi ke warung kopi hingga terbentuknya sebuah komunitas pengembang literasi-diskusi. Istilah Tasawwuf Institute adalah pengejawantahan dari cendikiawan muslim agar para pemikir yang hadir dalam forum tersebut membentuk pribadi seorang sufi dan atau filsuf, berwawasan ilmiah dan amaliyah. Hal ini di dasari atas keresahan para kaum intelektual yang dengan sembrono mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa berasaskan kajian-keislaman yang mendalam. Maka atas kesadaran itu terbentuklah komunitas kaum pembelajar ini. Kajian ini berkembang hingga menarik perhatian para dosen yang ikut serta dalam forum ilmiah ini.

Baca: Tingkatkan Kapasitas Pendidik, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri


Sebuah interpretasi dari filsafat islam abad 21 yang mengklasifikasikannya ke dalam 5 typologi salah satu diantaranya adalah kaum islam tradisionalis. Kaum ini terbentuk karena sebuah taqlid yang menjadi asas pemikiran (Asasun Nadzhoriyah) dalam menentukan segala sesuatu. Kaum tradisionalis memiliki kesamaan dengan kaum fundamental dalam peregang teguh pada Nash (Al-Qur’an dan Hadist) akan tetapi sebagai pelengkap penentuan hukum, maka kaum tradisionalis melibatkan ‘aqal (ijma’ dan qiyas) bahkan tidak jarang kaum ini selalu merujuk pada referensi ulama-ulama terdahulu yang menjadi pijakan. 

Akan tetapi tipologi pemikiran ini sering mendapat hujatan dari kaum modernis dan reformis, karena model pemikiran yang dibangun oleh Islam tradisionalis terkesan menghambat kemajuan suatu bangsa karena keseragaman pemikiran yang mengikat pada suatu asas tertentu (taqlid). Senada dengan kaum postrad bahwa kaum tradisionalis selalu bersikap eksklusif, determinan dan selalu menafikan pola pemikiran terbaru.

Baca: Bijak Bermedia, PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA Gelar "Jagongan" Jurnalistik

loading...

Dengan segala dinamika pemikiran filsafat di abad 21 ini tentunya perlu kedewasaan sikap bahwa kebenaran dalam sebuah ideologi merupakan hak setiap manusia. Jika kebenaran itu tunggal maka dunia ini akan terasa sepi tak berwarna. Dan keberagaman pemikiran menjadi Rahmat dimana setiap manusia tidak saling melaknat.

Sampai saat ini kajian ilmiah Tasawuf Institut masih terus berlanjut. Kajian ini rutin dilaksanakan tiap minggu sekali dengan pembahasan tema yang berbeda. Kegiatan terakhir dengan tema Anomaly Kaum Tradisionalis berlangsung di MPP Coffee Kota Malang, Sabtu (24/03/2018). Diskusi tersebut diikuti oleh puluhan mahasiswa dan beberapa dosen.

Penulis: Aditya M. Noor (Tasawwuf Institute)
Publisher: Chandra Djoego

Thursday, March 29, 2018

Tingkatkan Kapasitas Pendidik, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri

Kyai Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri, Sabda Inspirasi

Kyai Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Dewan pengajar Pesantren Rakyat Al-Amin mengikuti peningkatan kapasitas guru yang digelar oleh pengurus yayasan. Kegiatan rutin ini berlangsung di Gedung PAUD Al-Amin, Kamis (29/03/2018).

Peningkatan kapasitas ini berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Pada kesempatan ini, seluruh dewan pengajar mulai dari TPQ, Madrasah Diniah, PAUD/TK dan SD yang berada dibawah naungan Yayasan Pesantren Rakyat Al-Amin mengikuti kegiatan dengan antusias.

Narasumber kegiatan adalah Kyai Abdullah SAM, Pembina Yayasan dan Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin. Ia menekankan kepada dewan guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri.

Baca: Resmi! Pesantren Rakyat Al-Amin Mengadakan Pelatihan Silat Pagar Nusa Rutin Tiap Akhir Pekan



Dalam penyampaiannya, Kyai Abdullah memberikan wawasan bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik. Menurut alumnus UIN malang itu, seorang guru hendaknya mampu berkomunikasi dengan baik, utamanya kepada murid atau santrinya. 

Seorang pendidik itu harus menguasai komunikasi. "Paling tidak para guru menguasai tiga elemen mendasar komunikasi yakni bagaimana menjadi seorang komunikan, komunikator dan penyampai pesan yang baik", jelas Abdullah.

Selain itu, dengan mengutip sebuah hadits, man arofa nafsahu fakod arofa robbahu, Kyai Abdullah mengajak seluruh peserta untuk terus memperbaiki diri. Seorang guru yang jarang melihat kekurangannya sendiri maka mereka akan merasa sombong. "Selesaikanlah dirimu sendiri dulu", tegasnya kepada para guru.

"Guru adalah wakil Allah", imbuhnya.

Ketika menyampaikan ilmu kepada murid dan kemudian muridnya sulit menerima sesungguhnya bukan muridnya yang sulit tetapi diri kita sendiri. "Murid adalah cerminan dari guru itu sendiri", jelas Kyai Rakyat itu.

Dirinya mengumpamakan seorang guru seperti sebuah saluran. "Jika dalam sebuah saluran air ada kotoran maka saluran tersebut akan menjadi kotor juga", ungkapnya.

Baca: Bijak Bermedia, PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA Gelar "Jagongan" Jurnalistik

loading...

Hal itu turut menjadi bahan refleksi para guru. Menurut salah satu guru, perbaikan mendasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dari diri sendiri. "Sebelum kita memberikan Ilmu kepada murid-murid, kita harus memperbaiki diri sendiri dulu", tutur Inayah.

Sedangkan Kepala PAUD Pesantren Rakyat Al-Amin, Firza mengatakan para guru harus ikhlas saat memberikan ilmu kepada anak-anaknya. "Perlu membiasakan hal-hal baik setiap harinya", katanya.

Diakhir sesi yang pertama, Kyai Abdullah mengingatkan para guru untuk tidak lupa berdoa saat mengajar. "Sisakan waktu untuk berdoa. Doa apa saja insyaallah dikabulkan", tutupnya.

Penulis: Chandra Djoego
Publisher: Chandra Djoego

Saturday, February 10, 2018

Bijak Bermedia, PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA Gelar "Jagongan" Jurnalistik

Pelatihan Jurnalistik PMII UNIKAMA, Sabda Inspirasi

Pelatihan Jurnalistik PMII UNIKAMA, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Ibnu Rusyd Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA) melaksankan Sekolah Jurnalstik yang diselenggarakan di Kedai Kopi Jagong Maton di Sumberpucung, Kabupaten Malang pada hari Sabtu (10/02/2018).

Pelatihan jurnalistik ini diberikan langsung oleh sahabat Nugraha Chandra Pratama yang merupakan Founder Sabda Inspirasi. Ia menyampaikan bawha peran media sangat penting terutama bagi para peserta yang masih awam terkait apa peran dari media yang sesungguhnya. “Bahwa dalam media ada istilah framing”, ujarnya.

Baca: Tingkatkan Keterampilan Bermedia Pemuda, Karang Taruna Desa Sumberpucung Gelar Pelatihan Web




Framing yang artinya metode penyajian realitas dimana kebenaran tantang suatu kejadian tidak diingkari secara total. Framing menurut pembahasan selama kegiatan adalah kebenaran yang dibelokkan secara halus dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu.

Menurut opini dari salah satu peserta Sekolah Jurnalistik, Imam Harisuddin, dalam menerima sebuah informasi dari media masyarakat harus lebih kritis lagi untuk mencari kebenaran dari media yang sesungguhnya.

Baca: Hukuman Kebiri bagi Pelaku Pedofilia, Perlukah?

loading...

“Kita sebagai mahasiswa harus lebih kritis lagi dalam membaca sebuah berita”, tuturnya.

Pelatihan tersebut diakhiri dengan praktik menulis oleh para peserta. Tulisan hasil pelatihan tersebut sedianya akan dipublikasi langsung di berbaga media.

Penulis: Kader PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA
Publisher: Chandra Djoego

Sunday, February 4, 2018

Tingkatkan Keterampilan Bermedia Pemuda, Karang Taruna Desa Sumberpucung Gelar Pelatihan Web

Pelatihan Web Karang Taruna Desa Sumberpucung

Pelatihan Web Karang Taruna Desa Sumberpucung, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Demi meningkatkan keterampilan bermedia para pemuda desa, Karang Taruna Desa Sumberpucung bekerjasama dengan Sabda Inspirasi menggelar Pelatihan Pembuatan dan Pengolahan Web, Minggu (04/02/2018). Pelatihan yang digelar di Balai Desa Sumberpucung tersebut diikuti oleh 25 orang pemuda yang berasal dari 3 dusun di Desa Sumberpucung dan perwakilan dari Karang Taruna Kepanjen.

Dimulai sejak pagi hari, para peserta tampak antusias mengikuti kegiatan yang diisi oleh Chandra, Founder Sabda Inspirasi. Hal itu terbukti saat peserta telah siap dengan laptop atau smartphonenya masing-masing untuk digunakan praktik dalam pembuatan web.

Kegiatan yang bertemakan "Peningkatan Keterampilan Bermedia untuk Kemajuan Desa" itu mendapat dukungan penuh dari Kepala Desa Sumberpucung, Hartini. Dalam sambutannya, ia mengajak seluruh pemuda melalui Karang Taruna untuk mampu menebar kebaikan di daerahnya masing-masing.

Baca: Hukuman Kebiri bagi Pelaku Pedofilia, Perlukah?


"Ayo para pemuda yang hadir disini bisa menjadi pelopor dalam meningkatkan mutu pemuda pemudi desa", ajaknya.

"Bisa berperan di daerah masing-masing", imbuh Hartini.

Apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Sumberpucung tampak menjadi semangat tersendiri bagi para peserta. Di akhir kegiatan, para peserta berhasil membuat beberapa situs web. Disampaikan oleh Chandra seusai kegiatan, para pemuda mampu membuat situs dengan tema-tema berbeda sesuai dengan topik atau tema yang ingin diangkat di lingkungan masing-masing.

"Para peserta ini mampu membuat situs untuk komunitas-komunitasny masing-masing. Setidaknya ada enam situs yang telah dibuat dengan tema seperti situs bank sampah, majlis sholawat, keterampilan mengolah plastik, fotografi dan lain-lain", jelasnya.

Baca: Bekali Kader dengan Ilmu Keagamaan, PMII Rayon "Pembela" Al-Asyari Inisiasi Program Ngaji Kitab Rutinan

loading...


Pelatihan Web Karang Taruna Desa Sumberpucung

Pelatihan Web Karang Taruna Desa Sumberpucung, Sabda Inspirasi

Pelatihan web ini tak hanya berhenti disini, menurut , Ketua Karang Taruna Desa Sumberpucung, Ghofur Yajalali akan ada kegiatan lanjutan untuk follow up. "Kami akan membuat tim IT Desa sebagai wadah para pemuda utamanya yang saat ini  mengikuti pelatihan", tuturnya.

Dalam penutupnya, Ghofur mengajak para pemuda nantinya bisa berkarya di desa. "Mari kita berkarya, mari kita bermedia untuk bisa mengenalkan kepada dunia inspirasi-inspirasi yang ada di lingkungan kita masing-masing lebih-lebih di desa kita ini", harap Ghofur.

Penulis: Rizki
Publisher: Chandra Djoego

Wednesday, January 31, 2018

Hukuman Kebiri bagi Pelaku Pedofilia, Perlukah?

Hukuman Kebiri bagi Pelaku Pedofilia, Perlukah?

Hukuman Kebiri bagi Pelaku Pedofilia, Perlukah? Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi - Kasus kejahatan seksual terhadap anak (Pedofilia) di Indonesia semakin hari semakin mencengangkan. Betapa tidak? silih berganti berita tentang kasus-kasus kejahatan ini ditayangkan di media massa. Latar dan motif kejadian kasus kejahatan ini pun semakin beragam. Bahkan baru-baru ini, sebagaimana dimuat dalam situs berita liputan6.com tertanggal 6 januari 2018, pelaku berinisial WS alias Babeh menyodomi 41 anak di Tangerang, Banten. Yang lebih memprihatinkan adalah profesi pelaku yang merupakan guru honorer. Tidak berhenti di situ, tanggal 10-11 Januari 2018 lalu publik kembali dihebohkan dengan viralnya video mesum yang melibatkan wanita dewasa dan anak jalanan di Bandung. Selain itu, kumparan.com, merilis info grafis yang menjelaskan bahwa dalam rentang tahun 2001 sampai dengan 2015 telah terjadi kasus pedofilia besar di Indonesia sebanyak 12 kasus dengan korban lebih dari 56 anak. Beberapa di antaranya juga terjadi di lingkungan sekolah. Para pelaku pun tak segan-segan membunuh korbannya, dan bahkan dengan sadisnya memutilasi mereka. Maka tak heran jika kasus pedofilia ini ditetapkan sebagai kasus kejahatan luar biasa oleh Presiden Ir. Joko Widodo.




Sebagai bentuk respon atas fenomena ini, pada tanggal 25 Mei 2016 lalu, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kemudian pada tanggal 9 November 2016, PERPU 1/2016 ini kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak Menjadi Undang-Undang, yang selanjutnya disebut UU No. 17 Tahun 2016. UU ini mengatur pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak yaitu hukuman pidana mati, seumur hidup, dan maksimal 20 tahun penjara serta pidana tambahan berupa pengumuman identitas pelaku. Selain itu, pelaku juga dapat dikenai tindakan kebiri kimia dan pemasangan pendeteksi elektronik.

Hukuman tambahan terkahir inilah yang kemudian memicu kontorversi sampai dengan saat ini. Pro kontra ini berlatar pada argumen masing-masing. Pihak pro berargumen bahwa, pemberlakuan hukuman ini merupakan upaya pencegahan dan pemberian efek jera yang dinilai efektif bagi pelaku yang masih mengulangi perbuatannya. Sedangkan pihak kontra beralasan bahwa pemberlakuan hukuman kebiri dinilai melanggar HAM. Tensi pro dan kontra semakin naik setelah IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyatakan sikap resminya untuk menolak jika ditunjuk sebagai eksekutor. IDI beralasan bahwa pelaksanaan eksekusi ini oleh dokter dinilai melanggar kemanusiaan, sumpah dokter, dan kode etik profesi kedokteran di Indonesia. Beberapa kalangan menyuarakan bahwa ada alternatif lain selain hukuman kebiri, yaitu dengan menambah masa tahanan.

Atas munculnya kontoversi tersebut serta penolakan IDI untuk menjadi eksekutor hukuman, pekerjaan rumah bangsa ini terutama pemerintah untuk menanggulangi ancaman pedofilia menjadi semakin berat. Pemerintah harus mencari opsi eksekutor lain di luar IDI. Misalnya dengan bekerjasama dengan fasilitas-fasilitas kesehatan di tubuh TNI atau POLRI. Selain itu, perlu diatur secara jelas bagaimana mekanisme penerapan hukuman pemberatan ini. Atau kalau memang tidak memungkinkan dilaksanakan, opsi lain adalah dengan merevisi Undang-Undang, yang sudah barang tentu akan melalui proses mekanisme yang rumit dan panjang.


Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Wejangan Bapakku"

loading...

Menyikapi penolakan IDI dan argumen dari pihak yang kontra terhadap pemberatan hukuman ini, ada baiknya mereka juga mempertimbangkan pelanggaran HAM yang dialami oleh korban. Bagaimana trauma yang dialami. Bagaimana masa depan mereka. Terlebih lagi, mereka adalah aset-aset bangsa yang seharusnya dijaga dari segala macam ancaman marabahaya. Terlintaskah di benak mereka, bagaimana jika trauma yang dialami korban menimbulkan efek jangka panjang. Seperti kemungkinan menderita depresi, Sindrom Trauma Perkosaan, Disosiasi, Gangguan makan, dan Hypoactive sexual desire disorder (Sumber: www.hellosehat.com). Terlebih mereka semua masih di bawah umur. Terbayangkan jugakah bagaimana perasaan orangtua mereka?

Selain itu, jangankan hukuman kebiri, hukuman mati pun di negeri ini masih berlaku dan masih diratifikasi oleh PBB. Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukuman maksimal bagi pelaku adalah hukuman mati. Selain di KUHP, pengaturan hukuman mati juga terdapat dalam UU Narkotika. Sedangkan pelaksanaannya diatur dalam UU No. 2/Pnps/1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hukuman Mati (Sumber: www.gresnews.com).

Sehingga, sekali lagi perlu dicermati bahwa, pemberatan hukuman merupakan upaya pencegahan agar kejahatan tidak berulang, atau semakin meningkat. Lebih-lebih pada kejahatan yang levelnya luar biasa, sebagaimana kejahatan pedofilia ini. Di samping itu, esensi dari hukuman adalah pemberian efek jera dan pembelajaran. Jika hukuman atau sanksi yang ada tidak mampu memberikan efek jera, lalu apa harus dibiarkan?

Penulis: Sigit Priatmoko, M.Pd. (Dosen UNISDA Lamongan dan Anggota Komunitas Literasi Kita Belajar Menulis (KBM) Bojonegoro)
Publisher: Chandra Djoego

Wednesday, January 17, 2018

Contact

Kami ucapkan banyak terima kasih atas kunjungan anda di portal Sabda Inspirasi Media. Jika ada pertanyaan atau kerjasama, silahkan untuk menghubungi kami langsung melalui kontak berikut:

Office: Jl. Sersan Suyitno 102 Sumberpucung - Malang
Email Redaksi: sabdainspirasi@gmail.com
Telp/WA: 085730467029
FB: Chandra Djoego
Fanspage FB: Sabda Inspirasi Media
Twitter: @sabdainspirasi
Instagram: @sabdainspirasi

foxyform

Tuesday, January 16, 2018

Bekali Kader dengan Ilmu Keagamaan, PMII Rayon "Pembela" Al-Asyari Inisiasi Program Ngaji Kitab Rutinan

Ngaji Kitab Rutin PMII Rayon "Pembela" Al-Asyari

Ngaji Kitab Rutin PMII Rayon "Pembela" Al-Asyari, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi – Kajian Kitab rutin diadakan oleh Pengurus PMII Rayon “Pembela” Al-Asyari Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA). Kali ini, mereka mengadakan kegiatan rutinan tersebut di Mushola Syifaul Huda, Jl. Raya Mojosari, Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (15/01/2018).


Pengajian rutinan ini adalah salah satu program kerja (proker) rayon dalam bidang keagamaan. Kajian ini diikuti oleh kader-kader Rayon “Pembela” Al-Asyari dan dilaksanakan rutin tiap hari Senin pada jam 09.30. Pada kesempatan ini, pengajian kitab diisi oleh Ust. Syamsul Arifin Zrt, mantan Ketua PMII Komisariat Raden Rahmat yang membahas tentang Kitab Wasiyatul Musthofa.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Wejangan Bapakku"


Ketua Rayon “Pembela” Al-Asyari, Shofyan Assauri mengungkap alasannya memilih Kitab Wasiyatul Musthofa sebagai kajian rutinan. Menurutnya, kitab tersebut adalah kitab yang menarik karena di dalamnya berisi tentang wasiat-wasiat baginda Nabi Muhammad SAW. kepada Sayidina Ali Karramallahuwajhah.

Masih Shofyan, ia mengajak para kader untuk dapat mengambil mutiara hikmah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. “Di dalam kitab ini dijelaskan banyak hal salah satunya tentang etika/tatakrama”, jelasnya.

Baca: Tingkatkan Kualitas Kader, PMII Rayon Pembela Al-Asyari UNIRA Gelar Sekolah Jurnalistik

loading...

“Saat ini banyak orang pintar tapi tidak memiliki tatakrama sehingga hal ini menjadi hal yang baik untuk dipelajari oleh kader-kader PMII”, tambah Shofyan.

Dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah itu berharap seluruh kader memiliki bekal dalam bidang keagamaan.

Penulis: Pengurus PMII Rayon "Pembela" Al-Asyari