Monday, April 16, 2018

Meretas Skat Masyarakat serta Menggagas Pemberdayaan melalui Jagong Maton di Bumi Pasir Tirtomoyo Ampelgading Malang

Kepala Desa Tirtomoyo Ampelgading Jagong Maton bersama Masyarakat

Kepala Desa Tirtomoyo Ampelgading Jagong Maton bersama Masyarakat

Sabda Inspirasi - Diskusi pemberdayaan tak harus selalu berawal dari forum-forum formal. Inilah yang berhasil di potret oleh Redaksi Sabda Inspirasi saat melihat aktifitas masyarakat Desa Tirtomoyo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Minggu (15/04/2018). Disana, pemberdayaan masyarakat berangkat dari musyawarah kultural atau sering diistilahkan dengan 'Jagong Maton'.

Dikesempatan malam itu, disebuah gubuk kecil ada sebanyak 18 orang dari berbagai unsur sedang melakukan aktifitas jagong maton membahas pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ada tokoh agama, kesenian, pemuda, intelektual, santri, komunitas trail hingga kepala desa duduk bersama membahas berbagai program peningkatan ekonomi. Jagong maton adalah sarana meretas skat di masyarakat untuk duduk bersama membahas sesuatu yang maton atau pasti. Lebih lagi, malam itu terasa spesial karena kehadiran Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin dan Kepala LPPM Universitas Raden Rahmat Malang (Unira), Dr. Aan Fardani Ubaidillah.



Baca: Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang Hadiri Acara Puncak Rajabiyah PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung, Siapa Dia?




Alur diskusi yang mencair, menjadikan setiap orang tidak ragu untuk menyampaikan gagasannya. Banyak hal dihasilkan dari obrolan pasti tersebut, misalnya, program yang Kepala Desa Tirtomoyo, Sugeng Rahayu untuk pemberdayaan pemuda.

Sugeng Rahayu ingin pemuda Karang Taruna di desanya kembali aktif melakukan kegiatan. Menurutnya, dengan adanya dana desa saat ini, pemuda memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi besar dari para pemuda desa.

Sementara itu, Kyai Abdullah SAM merespon positif apa yang diinginkan oleh Sugeng. Peraih juara pemberdayaan nasional itu menjelaskan betapa banyaknya yang bisa dilakukan oleh masyarakat berkenaan dengan pemberdayaan.


Dengan potensi yang ada di Desa Tirtomoyo, Abdullah menyarankan masyarakat berangkat dari hal-hal sederhana. Ia mengumpakan dengan menanam bayam. "Apa tidak bisa misalnya setiap orang untuk meminimalisir pengeluaran dengan menanam berbagai tumbuhan yang bisa dikonsumsi untuk keluarga tanpa harus membelinya di pasar", jelasnya.

Sinergitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah desa disini dapat menjadi jalan munculnya program-program yang dapat diserap oleh khalayak luas. Lebih jauh lagi, pakar pemberdayaan itu memberikan masukan untuk segera menghidupkan Karang Taruna atau membuat Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.

Baca: Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Staf IT dan Media

Masyarakat Tirtomoyo Lintas Generasi Duduk bersama Gagas Pemberdayaan

Lanjutnya, berangkat dari sana, pemerintah desa dapat bekerjasama dengan masyarakat membentuk sebuah usaha bersama yang nantinya bisa juga terwadahi dalam Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). "Dengan itu, akhirnya antara masyarakat dengan pemerintah desa dapat saling mengambil manfaat", saran Abdullah.

Tak menunggu lama usulan serta masukan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Kepala Desa Tirtomoyo yang mengikuti Jagong Maton hingga dini hari itu. Untuk menambah inspirasi, ia akan mengajak para pemuda Karang Taruna untuk melakukan studi banding ke beberapa tempat, salah satunya di Kecamatan Sumberpucung, yang tahun lalu menjadi Juara Pemberdayaan kabupaten Malang.

Diselingi suara guntur, 'jagongan' di bumi pasir itu semakin hangat. Menjelang pagi hari, pembahasan bergeser ke tema keagamaan. Akhirnya, masyarakat tak hanya matang secara akal tetapi juga tak akan kering spiritualnya.

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Sunday, April 15, 2018

Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang Hadiri Acara Puncak Rajabiyah PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung, Siapa Dia?

Emil Elistiano Dardak, Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang

Emil Elistiano Dardak, Inisiator PCI NU dan Doktor Termuda di Jepang

Sabda Inspirasi - Pekan Rajabiyah dan Takhosus Tarbiyatul Qur'an yang diselenggarakan Pondok Pesantren Barokatul Qur'an, Sumberpucung, Kabupaten Malang semakin meriah dengan kedatangan salah satu Inisiator PCI NU Jepang, Emil Elistiano Dardak di acara puncak, Minggu (15/04/2018). Kehadiran pria yang karib disapa Kang Emil itu disambut hangat oleh para jamaah dan tokoh masyarakat.

Dalam sambutan yang diberikan, Emil Dardak menyampaikan rasa hormatnya karena dapat menyambung tali silaturahim dengan warga masyarakat Desa Sumberpucung. "Saya senang sekali dapat bersilaturahim disini", sambutnya.

Baca: Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Tim IT dan Media




Selain itu, peraih gelar doktor termuda di Jepang itu mengatakan bahwa dengan silaturahim perbedaan dapat di masyarakat dapat diselesaikan. "Silaturahim itu dapat meretas perbedaan pendapat", tuturnya.

Dirinya menyampaikan pengalamannya membangun masyarakat saat menjadi Bupati Trenggalek. Menurutnya, masyarakat di era informasi seperti sekarang ini memiliki tantangan yang semakin besar. "Oleh karena itu, membangun masyarakat yang bisa menghargai perbedaan pendapat itu penting", jelasnya.


Emil Elistiano Dardak bersama Para Kyai dan Jamaah Rajabiyah

Emil Dardak bersama Para Kyai dan Jamaah Rajabiyah

"Freedom expression di era informasi, itulah yang harus dipahami secara bersama", tambah suami dari Arumi Bachsin itu.

Arus informasi hari ini begitu cepat. Tokoh muda yang pernah menjadi Ketua PCI NU Jepang itu mengajak masyarakat dan jamaah yang hadir untuk bersama-sama menjadi benteng informasi dengan marak beredarnya berita-berita hoax. "Ini adalah tantangan bersama dan saya yakin itu bisa diatasi", lanjutnya.

Baca: Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Nikmat Dirasa

Emil Dardak (tengah) bersama Dewan Pengasuh PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung

Emil Dardak (tengah) bersama Dewan Pengasuh PP. Barokatul Qur'an Sumberpucung

"Benteng informasi adalah kebersamaan masyarakat", himbau pria yang saat ini mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur itu.

Dengan didampingi oleh para kyai dan tokoh masyarakat setempat, Emil Dardak mengikuti kegiatan hingga usai. Ia turut mendengarkan ceramah yang dibawakan oleh KH. Dr. Soni Fauzi. 

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Wednesday, April 11, 2018

Tingkatkan Publikasi Kecamatan, Camat Sumberpucung Bentuk Staf IT dan Media

Founder Sabda Inspirasi Bersama Camat Sumberpucung

Founder Sabda Inspirasi Bersama Camat Sumberpucung

Sabda Inspirasi - Guna menghadapi arus perkembangan teknologi dan informasi yang begitu masif, Pemerintah Kecamatan Sumberpucung tingkatkan komitmen pengelolaan IT dan Media Publikasi. Hal itu tergambar dari diskusi singkat Camat Sumberpucung, Moch. Sholeh dengan Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin, Kyai Abdullah SAM dan Founder Sabda Inspirasi Media, Chandra di Kantor Camat, Rabu (11/4/2018).

Diskusi hangat tersebut membahas banyak hal tentang peningkatan pengelolaan media dan sebagai sarana publikasi kegiatan-kegiatan. Moch. Sholeh menyatakan pentingnya publikasi sehingga pemerintah tingkat kabupaten, provinsi hingga pusat mengetahui apa saja yang telah kita perbuat. "Bagaimana kita bisa dikenal kalau publikasi ini tidak berjalan dengan baik", katanya.

Baca: Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Pesantren Rakyat Menjadi Program Unggulan Desa Sumberpucung




Sumberpucung memiliki banyak potensi-potensi yang belum diketahui oleh khalayak luas. "Saya ingin bagaimana potensi-potensi itu bisa dikenal dan diketahui", pinta Sholeh.

Untuk itu dalam pertemuan singkat itu, Camat Sumberpucung sepakat untuk mengangkat Founder Sabda Inspirasi Media, Chandra sebagai staf di bidang IT dan Media Kecamatan Sumberpucung. Moch. Sholeh berharap dengan adanya staf IT dan Media, publikasi di Sumberpucung bisa meningkat.

"Saya ingin publikasi ini digenjot karena dengan hal itu kita bisa mengenalkan apa saja yang ada disini kepada dunia, utamanya potensi-potensi 7 desa di Kecamatan Sumberpucung", harap Camat Sumberpucung.

Penulis: Chandra
Publisher: Chandra Djoego

Tuesday, April 10, 2018

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Pesantren Rakyat Menjadi Program Unggulan Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Sabda Inspirasi - Perlombaan Desa dan Kelurahan tahun 2018 Kabupaten Malang berlangsung di Gedung Anusopati Kota Malang, Selasa (10/04/2018). Kegiatan ini diikuti oleh seluruh desa yang ada di Kabupaten Malang. Dalam pemaparan, setiap desa beradu program-program dan perkembangan desanya masing-masing untuk mendapatkan predikat desa terbaik.

Menariknya, dalam tiap presentasi perwakilan desa memiliki cara tersendiri. Hal itu tercermin salah satunya presentasi yang dibawakan oleh Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang.


Baca: Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa


Desa yang dikepalai oleh Hartini itu membawakan program unggulan Pesantren Rakyat yang diasuh oleh Kyai Rakyat, Kyai Abdullah SAM.  Diikuti oleh semua perangkat seperti tim penggerak PKK, Ibu Camat, dan Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin, Desa Sumberpucung memberikan presentasi secara atraktif dan inovatif. 

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Lomba Desa se-Kabupaten Malang, Desa Sumberpucung

Telah diketahui secara luas bahwa, Sumberpucung adalah salah satu desa yang heterogen dalam berbagai hal. Heterogenitas itu tergambar dari potensi perikanan, pertanian, perkebunan dan seni budaya. Pesantren Rakyat Al-Amin menjadi ujung tombak pelaksanaan program-program yang telah direncanakan bersama.

Dijadikannya Pesantren Rakyat Al-Amin sebagai program unggulan bukan tanpa alasan. Hal itu mengingat prestasi yang telah dihasilkan oleh pesantren yang berdiri sejak 2008 itu. Saat ini, Pesantren Rakyat telah menjadi rujukan pemberdayaan nasional. Kyai Abdullah SAM membenarkan hal tersebut.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"




"Pesantren Rakyat saat ini menjadi rujukan baik urusan seni, budaya, perekonomian, sosial, pemberdayaan, pendidikan murah, pengelolaan masjid dan musholla", jelas Abdullah.

"Informasi selebihnya bisa diakses melalui website kami di www.pesantrenrakyat.com", imbuhnya.

Dengan penyampaian yang telah dilakukan. para juri tampak antusias dengan Desa Sumberpucung. Setengah dari dewan juri ikut seperti dari Dinas Sosial dan Kesbanpol Kabupaten Malang iktu bergoyang bersama saat menyanyikan yel-yel.

Penulis: Chandra Djoego
Publisher: Chandra Djoego

Sunday, April 8, 2018

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Penyakit yang Semakin Parah, Tapi Justru Semakin Nikmat Dirasa

Sabda Inspirasi - Berbicara mengenai penyakit, manusia cenderung menganggapnya sebuah keadaan yang tidak diinginkan dan sangat tidak membuat nyaman. Penyakit sangat identik dengan membuat penyandangnya menderita dan penuh dengan rasa siksa. Semakin parah..? semakin tersiksa juga.

Namun, ada satu jenis penyakit yang berbeda dengan yang lain. Ia seakan menyerang penderitanya secara gerilya, pelan-pelan tanpa siksa, tapi berdampak sangat buruk dan begitu berbahaya. Penyakit ini seakan-akan tak ada bahaya, bahkan justru membuat penderitanya terlena dengan kenikmatan yang fana.

Ya..! itulah Penyakit Hati.

Bukan sekedar sakit hati karena putus asmara, atau mantan yang sudah berkeluarga. Bukan sekedar sakit karena utang yang melanda, atau barang yang hilang entah kemana. Bukan sekedar sakit jiwa yang menggila, atau pengamen yang meminta secara paksa. Bahkan bukan sekedar sakit fisik yang jelas menyiksa, bahkan hingga bisa merenggut nyawa.

Baca: Gelisah Minat Baca Mahasiswa Menurun, Dua Mahasiswa Unikama Gagas Taman Baca Kampus


Penyakit hati cenderung membuat terlena penderitanya. Penderita yang mengidap penyakit hati yang semakin parah, malah bisa semakin merasa nikmat yang dirasa betah. Riya' dan sum'ah adalah dua penyakit hati yang sering melanda manusia, terutama kaum awam seperti saya.

Sederhananya, riya' adalah keadaan dimana kita merasa bahagia/bangga jika suatu amal yang kita lakukan dilihat orang. Kita melakukan ibadah dan amal baik, kemudian dilihat orang, kita merasa bangga dan berusaha menambah-nambahi amal tersebut karena berharap semakin dilihat oleh orang lain. Jika penyakit riya' menjangkiti hati, ketika semakin parah, penderita tidak merasa tersakiti bahkan cenderung 'ketagihan' dan nyaman dengan penyakit itu.

Sedangkan sum'ah adalah sama dengan riya' tetapi apa yang kita lakukan suka didengar orang. Yang kedua ini sama bahayanya dengan riya', sama-sama seakan gerilnya dalam hati kita. Kita melakukan suatu amal, lalu senang ketika didengar orang. Kita semakin bersemangat dan menambah-nambahi amal yang kita lakukan agar semakin didengar orang. Sama seperti riya', semakin parah semakin nikmat dirasa.

Kedua penyakit hati diatas adalah sebagian kecil dari banyak penyakit hati yang bisa menjangkiti, dan olehnya amal kebaikan akan ternodai.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"


Namun, bukan berarti kita berhenti untuk melakukan amal baik walau masih ada benih-benih penyakit hati itu. Yang harus kita lakukan adalah berusaha menghilangkan penyakit itu, bukan menghentikan amal baiknya. Walau memang susah, memang berat, pelan-pelan saja. Sambil memperbaiki amal yang kita lakukan, juga berusaha menghilangkan parasit-parasit amal yang bisa mengikis pahala. Jika kita berusaha, insyaAllah hati kita akan semakin terjaga. Terjaga dari berbagai penyakit hati dan parasit pahala amal yang menjangkiti.

Penulis sedang menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.



Penulis: M. Syauqi Hanif Ardani
Publisher: Chandra Djoego

Friday, April 6, 2018

Gelisah Minat Baca Mahasiswa Menurun, Dua Mahasiswa Unikama Gagas Taman Baca Kampus

Taman Baca Unikama

Taman Baca Unikama, Sabda Inspirasi

Sabda Inspirasi – Sekilas tampak aktifitas rutin mahasiswa berjalan seperti biasa di Kampus Orange, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama). Namun, ada potret baru di salah satu sudut Kampus Multikultural itu. Tepat di salah satu tempat hotspot di depan Gedung Rektorat terdapat sebuah stan berisi tumpukan buku-buku yang tertata rapi. Saat dilihat dari dekat oleh tim redaksi, tempat tersebut adalah sebuah Taman Baca Unikama, begitu mereka menyebutnya, Selasa (24/03/2018).


Usut punya usut, Taman Baca Unikama (TBC) ini dicetuskan oleh dua mahasiswa Unikama yakni Dedi Hermawan dari Fakultas Peternakan dan Nanang Aditya Nugroho dari Fakultas Sains dan Teknologi. Munculnya gagasan mendirikan TBC itu berangkat dari turunnya minat baca mahasiswa saat ini.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"


"TBC diadakan tidak hanya untuk meningkatkan minat baca mahasiswa itu sendiri. Akan tetapi, saya berusaha untuk memperluas kebiasaan yang awalnya mereka terbiasa dengan berkumpul/berdiskusi pada malam hari dengan istilah 'ngopi' agar mereka juga terbiasa berkumpul pada siang/sore hari seperti sekarang di taman baca ini”, jelas Dedi.

“Taman baca mahasiswa ini tidak hanya diperuntukkan untuk satu komunitas atau golongan tetapi untuk seluruh warga kampus unikama”, imbuhnya.

TBC sekaligus mengajak mahasiswa untuk dapat berinteraksi dengan nyaman, layaknya anak sedang bermain di suatu taman. Membaca buku adalah salah satu cara meningkatkan wawasan pemahaman. Dalam kegiatan ini berbagai jenis buku tersedia meskipun dengan jumlah buku yang masih terbilang minim, mulai dari buku mata kuliah, novel hingga buku-buku pemikiran atau filsafat. 

Menurut informasi yang berhasil dihimpun oleh tim redaksi, taman baca ini diadakan setiap hari Selasa dimulai pukul 14:00 hingga 18:00. “Kegiatan perdana telah dimulai pada Selasa 13 Maret 2018”, ujar Riski Putra, Koordinatot Taman Baca Unikama.

Baca: Bijak Bermedia, PMII Ibnu Rusyd UNIKAMA Gelar "Jagongan" Jurnalistik


Salah satu pengunjung TBC, Lexi mengatakan kegiatan disini bukan hanya membaca saja. “Kita di sini juga dapat bercanda dan berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa lintas fakultas”, tutur mahasiswa Fakultas FEB. 

Tidak hanya mahasiswa, tetapi para dosen juga antusias untuk sekedar nimbrung membaca dan diskusi bersama disana.

Dengan diadakannya taman baca ini diharapkan membangkitkan dan meningkatkan minat baca mahasiswa sehingga terciptanya mahasiswa yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga diharapkan menjadi wadah kegiatan diskusi mahasiswa.

Penulis: Ainun
Publisher: Chandra Djoego

Tuesday, April 3, 2018

Ngaji ala Jagong Maton: "Syukur"

Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pesantren Rakyat
Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,
Pesantren Rakyat
Sabda Inspirasi - Jadi manusia neriman (menerima apa adanya) dan syukur memang sulit, kebanyakan manusia adalah ngongso-ngongso atau ambisius dalam mengejar sesuatu yang tidak pasti. Berapa banyak orang jatuh kemudian tertimpa tangga hanya disebabkan karena mereka melakukan kejar-kejaran terhadap sesuatu yang semestinya tidak perlu dan kufur.

Misalnya saja waktu menjadi pengangguran bingung mencari pekerjaan, namun setelah mendapatkan gaji tetap malah tidak bersyukur, masih saja hatinya dikuasai sifat tomak dan serakah. Kemudian gaya hidupnya berubah total, mestinya andaikata beli mobil ya mobil biasa, tetapi karena gengsi akhirnya membeli mobil yang bagus dan rumahnya juga menyamai rumahnya pengusaha.

Akhirnya karena gajinya sudah habis, sedangkan kebutuhan operasional untuk memenuhi gaya hidupnya semakin tinggi, maka mulai ikut-ikutan judi togel, kemudian menjerumuskan dirinya ke rentenir, karena di bank konvensional sudah tidak bisa.

Baca: Tingkatkan Kapasitas Pendidik, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Ajak Guru Berbenah Diri


Tiba saatnya anak masuk sekolah lanjutan dan yang lainnya mulai beranjak kuliah, kebetulan pasangan hidup serta anak-anaknya sudah mengikuti cara hidup orang tuanya maka keluarga itu semakin keropos dalam ekonomi. Semakin uzur tidak semakin aman dan nyaman, justru malah sering dag dig dug dengan keadaan hidupnya sendiri.

Untuk itu kita sebagai makhluq spiritual perlu kiranya selalu mendekat pada tokoh-tokoh agama untuk mengerem nafsu-nafsu kita agar tidak menguasai diri kita. Perlu diketahui tugas nafsu adalah menipu manusia agar jatuh di kemudian hari, caranya adalah melalui janji-janji manis yang menggiurkan, yang pada intinya adalah jebakan.

Teringat pujian-pujian di mushola-mushola desa dengan judul tombo ati iku limang perkoro, di urutan nomor tiga dalam pujian tersebut adalah kumpulono uwong kang sholeh. Tombo ati yang nomor tiga ini memang paling mudah, murah dan gampang, cukup kita srawung, ketemu, kumpul, silaturahim barangkali sesaat saja insya Allah hati menjadi sejuk, karena akan dapat pencerahan-pencerahan dari Al-Qur’an dan hadits atau mungkin cerita-cerita orang soleh yang menyejukkan. Menjadikan hati ini tenteram dan tidak ngongso-ngongso.

Baca: Tasawwuf Institute, Ruang Inspirasi Pembelajar Sufi dan Filsafat Melalui Diskusi Warung Kopi


Ketika rasa syukur sudah ada pada dada kita, Allah berjanji akan melipat gandakan segala nikmat yang telah di berikan, dan jika kufur atau tidak syukur maka Allah berjanji akan menyiksa dengan siksa yang amat pedih. Mestinya di usia pensiun sudah damai, malah justru dipenuhi derita hutang, badan tidak sehat, keluarga tidak barokah dan sebagainya. Untuk itu mumpung belum terlanjur perlu kita kembali kepada jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Amin.

Oleh: Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,Pesantren Rakyat