Saturday, January 13, 2018

Ngaji ala Jagong Maton: "Wejangan Bapakku"

Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM, Pesantren Rakyat
Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,
Pesantren Rakyat
Sabda Inspirasi - Bapakku Sardi Nur Salim, lahir Tahun 1923, wafat hari Rabu Pahing, 13 Desember 2017. Beliau melewati zaman penjajahan Belanda, Jepang, Kemerdekaan, Revolusi, DI/TII, Gestapo, Malari, Dorbok, Reformasi hingga Jokowi.

Di usiaku yang mulai merangkak ke angka 40, beberapa daerah ku kunjungi, beberapa ulama kyai saya sowani dan banyak sesepuh, orang embongan, orang abangan dan sebagainya. Saya semakin melihat bahwa bapakku yang pendalungan ternyata memberi wejangan kepadaku banyak hal, mulai bagaimana zaman penjajahan, zaman PKI, zaman Orde Baru sampai peta-peta sejarah di Desa Sumberpucung dan sekitarnya, siapa-siapa saja yang santri, abangan sampai siapa-siapa yang dulunya PKI, daerah-daerah yang angker dan hal itu sangat bermanfaat bagi proses perjuangan dakwah saya hari ini.

Baca: Ngaji ala Jagong Maton: "Pahala-Wan"



Bapakku Sardi Nur Salim ini memiliki dua Istri, anak sepuluh, meninggal dunia 1 anak, jadi yang hidup 9 anak dan menghidupi anaknya tanpa sejengkal tanah. Beliau adalah mager sari (rumah yang ditempati tanahnya milik juragan) dari orang kaya di kampungku, menghidupi 9 anaknya hanya bermodalkan cangkul saja, sama sekali tidak punya tegal, sawah atau pekerjaan lain selain buruh mencangkul. Beberapa wejangan bapaku kepadaku yang ternyata banyak kesamaan dengan kyai-kyai sepuh yang pernah saya temui selama saya melancong ke sana kemari, yaitu:

  1. Lek Di Elem Uwong Ojo Bungah, Lek Di Enyek Uwong Alhamdulillah (Jika dipuji orang jangan bangga, jika dihina orang orang kita harus mengucap alhamdulillah). Hikmah: agar kita tidak sombong dan kita bisa mengetahui kekurangan yang ada pada diri kita.
  2. Ojo Open, Ojo Dahuwen, Rejeki Cedekono, Belahi Adoh Hono (Jangan suka melihat apa saja yang dilakukan dan dimiliki orang lain, jangan memiliki rasa ingin ketika orang lain memiliki sesuatu, ada rejeki dekatilah, ada bahaya jauhilah). Hikmah: kita fokus pada kebaikan, melaksanakan yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah.
  3. Lek Ono Tamu Kudu Gupuh, Suguh lan Lungguh (Jika ada tamu harus hormat dengan mempersilahkan masuk, mempersilahkan duduk, menanyakan kabar, kemudian membuatkan minum, camilan atau makan semampunya, kemudian baru ikut duduk di samping tamu dengan penuh hormat). Hikmahnya: tamu datang membawa rejeki, tamu pulang membawa dosa tuan rumah.
  4. Lek Nguwehi Panganan Anak Kudu Dipususi (Jika memberi makan anak harus dari sumber yang halal). Hikmah: anak yang diberi makanan haram, maka akan mati hatinya, sulit dinasehati dan tidak bisa menjadi anak sholih atau sholihah.
  5. Lek Aku Mati Wacakno Ayat Kursi Ping 40, Suwene 40 Dino lan Ojo Diwenehi Maesan Watu ben Kuburane Iso Gentenan (Jika aku mati bacakan Ayat Kursi 40 kali selama 40 hari dan jangan dikasih batu nisan, biar kuburannya bisa gantian).
  6. Wong Ngalah Kasihane Allah (Orang mau mengalah akan dikasihani Allah).
  7. Awakmu lek Mlaku sing Nurut Rel, Mlakuho Nuruto Angger-anggere Negoro, lan Angger-anggere Agomo, Insya Allah Bakal Selamet (Kalau kamu berjalan harus di atas Rel, yaitu sesuai Pancasila dan UUD 1945, Al-Qur’an dan Hadits, insya Allah selamat).

Baca: Tingkatkan Kualitas Kader, PMII Rayon Pembela Al-Asyari UNIRA Gelar Sekolah Jurnalistik

loading...
Setidaknya 7 ajaran beliau di atas menjadi tanggungan hidupku yang semoga bisa mengamalkannya, karena kelihatannya sepele tetapi jika dijalankan tidak mudah. Semoga saja 7 hal tersebut bisa bermanfaat untuk saya dan semua pembaca, sehingga kita diselamatkan Allah dari semua keburukan, fitnah dunia dan akhirat. Alfatihah.

Oleh: Kyai Sableng, Kyai Rakyat, Abdullah SAM,Pesantren Rakyat

0 komentar:

Post a Comment